Adegan 1
Ketika sang raja sedang berburu di
sebuah hutan belantara bersama kedua prajurit kesayangannya, Ia mencium bau
masakan ditengah hutan tersebut.
Raja : “Wah, sepertinya aku mencium bau masakan yang
sangat lezat disini, tapi inikan ditengah hutan, mana ada orang yang tinggal
disini.”
Prajurit 1 : “Maaf yang mulia, tapi sepertinya
memang benar ada orang yang tinggal disini. Karena saya pernah melihat sebuah
gubuk yang tertutup rapat oleh tanaman paria, namun sepertinya tanaman paria
itu ada yang merawatnya, wahai baginda Raja”
Prajurit 2 : “Benar yang mulia, kata para warga
yang sering mencari kayu bakar di sekitar sini, ada seorang gadis cantik jelita
bernama Samba Paria yang tinggal hanya bersama kakaknya.”
Raja : “Wah.. Benarkah begitu? Hmm... Sepertinya aku
harus menemui gadis itu! Siapa tau dia bisa menjadi koleksi ke 100 ku!
Hahahahahahahahahaha! Baiklah ayo kita berangkat!”
Prajurit 1 dan 2 : “Baik yang mulia!”
Adegan 2
Dengan iringan para prajuritnya, Sang Raja akhirnya tiba di
rumah panggung milik Samba Paria. Terdengarlah suara ketukan dari pintu depan rumah samba
paria.
Prajurit 1 : (berbicara dari balik pintu rumah
samba paria) “Permisi, Apakah ada orang di dalam?”
Kakak samba : “Siapa itu samba? Apakah itu sang Raja dan
para pengawalnya? Aku mendengar bahwa hari ini sang raja dan para prajuritnya
sedang pergi berburu di hutan ini, tapi mengapa perasaanku mejadi tidak enak?”
Samba paria : “Ah, itu mungkin hanya firasat kakak
saja. Kakak tidak usah khawatir. Walaupun Raja kita terkenal dengan
kekejamannya, tapi dia kan tidak punya alasan untuk menyakiti kita.”
Prajurit 2 : (mengetuk pintu sambil berbicara
dibalik pintu rumah samba paria) “Permisi, disini ada yang mulia Raja, tolong
bukakan pintunya!”
Samba paria : “Ah, biar saya saja yang bukakan
pintunya kak.” (membuka pintu rumahnya)
Raja : (maju dan berbicara kepada penonton) “Wah,
ternyata benar apa yang dikata orang,
dia itu gadis yang sangat cantik!” (kembali ke tempat sang raja berdiri semula)
“kalau boleh tau, siapaakah gerangan namamu nona cantik?”
Samba paria : “Nama hamba Samba yang mulia, namun
karena rumah hamba di tutupi oleh tanaman paria maka orang-orang menyebut hamba
Samba Paria, yang mulia”
Raja : “Oh.. sungguh nama yang begitu indah. Dan ini
pasti kakaknya Samba ya?”
Kakak Samba : “Betul sekali yang mulia. Kalau saya boleh
tau apakah gerangan tujuan yang mulia hingga mau masuk ke gubuk kami yang
sederhana ini?”
Raja : “Mm... Begini, saya baru saja selesai berburu
namun saya sangat haus sekali, jadi saya datang untuk meminta air minum.”
Kakak samba : “Ampun
Baginda Raja, air minum hamba telah habis. Namun, jika Baginda Raja bersedia
menunggu, biarlah hamba mengambilkan air dari mata air di balik gunung terlebih
dahulu."
Samba Paria : “Mmm, tidak kak, perkenankan saya
menggantikanmu kak, Bukankah engkau sedang merasa tidak enak badan?”
Kakak Samba : “Baiklah, tapi tolong berhati-hatilah.”
Samba paria : “Baiklah kak!” (pergi keluar rumah)
Raja : “Kalau begitu, saya akan menunggu di luar sambil
menghirup udara segar”
Kakak Samba : “Baik, Baginda Raja”
Adegan 3
Ketika Samba Paria tengah mengambil air, Sang Raja pun
menjalankan niat jahatnya. Ia perintahkan para prajuritnya untuk membawa Samba
Paria ke istana kerajaannya.
Raja : (Sambil
berjalan keluar dari rumah Samba Paria bersama prajuritnya) “hey kalian berdua!
Cari dan tangkaplah Samba paria, bawalah dia ke hadapanku! Jangan biarkan dia
lolos!”
Prajurit 1 dan 2 : “Baik yang Mulia!”
(pergi mencari samba paria) (mereka menangkap samba paria)
Samba Paria : “Tidak, tidak! Apa
yang kalian lakukan?! Mengapa kalian menangkapku?! Apa salahku?!”
Prajurit 1 : “Diam! Jangan
banyak tanya kau!”
Samba Paria : “Baiklah aku akan
diam, tapi kau harus memberitahuku mengapa kalian menangkapku?”
Prajurit 2 : “Hahahahaaha!
Raja memperintahkan kami untuk menangkapmu! Sepertinya dia ingin menggenapkan
koleksinya menjadi 100! Hahahahaha!”
Samba paria : “Koleksi apa
maksudnya?”
Prajurit1 : “Ckckck! Sudahlah,
Diam saja kau!”
(mereka bertiga pun sampai di hadapan Baginda Raja)
Raja : “Wah,
akhirnya kalian sampai juga! Kenapa kalian sangat lama?! Masa hanya menangkap
seorang gadis saja kalian lama sekali?! Baiklah, mari kita ke istana sekarang!
Samba Paria : "Maaf yang
mulia, Tapi perkenankan hamba membawa daun-daun paria. Sungguh, hamba
sangat senang memakan sayur daun paria"
Raja : “Baiklah, karena aku adalah Raja yang baik nan
bijaksana, maka aku memperkenankanmu!”
Samba Paria : “Terima kasih wahai Baginda Raja!”
(mengambil daun-daun paria)
Adegan 4
Samba Paria kemudian dibawa dengan kuda menuju istana
kerajaan. Tanpa diketahui para prajurit yang mengawalnya, Samba Paria merobek
daun-daun paria yang dibawanya itu dan dibuangnya di sepanjang jalan yang
dilaluinya. Dengan cara itu ia berharap kakaknya dapat mengikutinya hingga ke
tempat dimana ia dibawa.
Kakak Samba : (sambil berjalan jalan kebingunggan) “Kenapa
Samba Paria lama sekali yah? Perasaaan ku tambah tidak enak. Lalu kemanakah
Baginda Raja dan prajuritnya? Sepertinya aku harus menyusul Samba Paria!”
(mendapati sobekan sobekan daun paria) “Apa ini? Jangan-jangan Baginda Raja
menculik Samba Paria dan ini adalah
petunjuk yang samba berikan? Aku harus mengikutinya”
Adegan 5
Selama dua hari dua malam ia berjalan, tibalah kakak Samba Paria itu di halaman sebuah istana kerajaan. Ia
lantas berteriak-teriak mernanggil nama adiknya dari luar halaman istana
kerajaan.
Kakak Samba : “Samba
Paria! Samba Paria! Apakah kau ada di dalam dik? Samba Paria!”
Prajurit 1 : “Hey apa yang
kau lakukan?! Kau dilarang membuat keributan disini! Pergi kau!”
Kakak Samba : “Baiklah, Aku akan pergi dan pulang
ke rumah di tengah hutan belantara. Namun sebelumnya, aku akan menanam pohon
kelor di sini. Ingat-ingatlah, Samba. Jika
pohon kelor itu layu, itu pertanda aku tengah menderita sakit keras. Jika pohon
kelor itu mati, maka aku pun juga mati.” (menanam)
Samba Paria : (melihat keluar
jendela) “Ahh tidak! Pohon kelor itu layu, aku harus mencari cara untuk pergi
dari sini!” (menyelinap ke luar istana)
Adegan 6
Samba
Paria bergegas menuju rumah panggungnya. Kakak
Samba Paria sangat gembira melihat adiknya telah pulang. Ia yang tengah
sakit keras akhirnya bersedia makan masakan buatan adiknya.
Kesehatannya pun segera berangsur angsur membaik.
Samba paria : “Bagaimana ini
kak? Cepat atau lambat pasti Sang Raja akan menyusul kita di sini.”
Kakak Samba : “Mm.. Baiklah begini
saja, kita akan membuat ramuan dengan mencampur cabe rawit, biji-biji merica, dan daun kelor dalam
jumlah yang banyak. Campuran bahan-bahan itu lantas di campur dengan air dan
abu dapur hingga menyerupai adonan kue. Setelah itu kita akan menyiramkan ramuan itu ke wajah
Sang Raja”
Samba Paria : “Baiklah kak, biar
saya yang siapkan!” (menyiapkan ramuan itu)
Prajurit 2 : “Hey! Buka
pintunya!” (sambil menggedor-gedor pintu)
Kakak samba : “Baiklah saya yang
akan membukakan pintu dan kau yang akan menyiramkan ramuan itu ke wajah Sang
Raja”
Samba Paria : “Baiklah kak,
1,2,3!” (menyiram ramuan tersebut ke wajah sang raja dan prajuritnya)
Prajurit 1 dan 2 : “Aahhh!”
(Sambil lari ketakutan dengan terus
mengusap-usap matanya)
Raja : “Ahhh!
Beraninya kau!” (mengusap-usap matanya dan terjatuh ke tanah dan membentur
batu)
Samba Paria : “Kak, sepertinya
dia sudah mati.”
Kakak Samba : “Ah, Untung dia telah
meninggal” (memeluk adiknya)
Samba
Paria dan adiknya kemudian hidup dalam ketenangan dan kedamaian setelah Sang
Raja yang jahat kelakuannya itu meninggal dunia. Keduanya tetap tinggal di
rumah panggung mereka di tengah hutan belantara.
-Selesai-
Komentar
Posting Komentar